AMANATAGUNG.COM – Kisah Abraham yang diperintahkan Tuhan untuk mempersembahkan anaknya Ishak sebagai korban persembahan merupakan kisah yang sangat sering kita dengar. Kisah ini mempunyai makna yang sangat dalam yang dapat menggambarkan betapa besarnya iman percaya Abraham sehingga dia disebut sebagai bapa orang beriman.
“Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” ” Kejadian 22:2
Abraham sendiri juga merupakan manusia biasa yang ketika dijanjikan Tuhan akan menjadi bapa segala bangsa dan mempunyai banyak keturunan di muka bumi ini, tidak langsung percaya begitu saja. Bahkan Abraham sempat mengambil keputusan untuk mengambil jalan singkat dengan mengambil Hagar sebagai istrinya supaya beroleh keturunan.
Tetapi Tuhan mempunyai rancangan sendiri bagi Abraham, sehingga hanya melalui rahim Sara-lah diberikannya keturunan bagi Abraham yaitu Ishak. Ishak menjadi anak yang sangat disayanginya karena Abraham yakin bahwa melalui anak inilah keturunannya akan menjadi sangat banyak.
Dapat dipahami betapa kagetnya ketika Tuhan meminta Abraham untuk mempersembahkan Ishak, yaitu keturunan satu-satunya, sebagai korban. Perasaan yang campur aduk seperti takut, gelisah, kuatir, marah, kecewa dan lainnya, pasti memenuhi hati Abraham.
Tetapi kita tidak melihat Abraham menunjukkan hal itu. Karakter yang baik telah terbentuk dalam dirinya. Dan itu dibuktikannya melalui sikap dan tindakannya.
Banyak hal yang kita alami dalam kehidupan kita merupakan proses yang Tuhan ijinkan terjadi agar setiap janji-janji Tuhan dapat digenapi dalam hidup kita.
Proses-proses yang kita lalui merupakan bagian dari pembentukan karakter yang sedang Tuhan kerjakan, sebagaimana yang Tuhan lakukan kepada Abraham. Ada hal-hal yang berharga dalam hidup kita perlu kita lepaskan agar mata kita dapat tetap tertuju kepada Tuhan.
Mari kita belajar dari Abraham 3 Langkah Iman yang dia lakukan sehingga dia berani mengorbankan Ishak yang pada saat itu merupakan harta yang paling berharga bagi dirinya:
1. Taat
“Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.” Kejadian 22:3
Abraham tidak membantah atau bahkan tidak mengeluarkan satu pertanyaanpun kepada Tuhan mengapa Tuhan memerintahkan hal itu. Mungkin saja perasaan Abraham bergejolak saat itu. Tetapi dia tidak menunjukkan atau melampiaskan perasaannya sedikitpun. Malah dengan penuh penundukan diri dia melakukan apa yang Tuhan perintahkan.
Ketaatan sangat penting kita lakukan. Banyak hal yang Tuhan inginkan agar kita lepaskan karena hal-hal tersebut dapat mengalihkan pandangan kita kepada Tuhan.
Segala kenikmatan, kesenangan, hobi, pekerjaan dan apapun yang kita anggap berharga, bukan merupakan hal utama dalam hidup kita. Tuhan tidak melarang kita untuk dapat menikmati semuanya itu. Tetapi Tuhan ingin agar kita rela mengorbankan apa yang kita anggap berharga, dan mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan.
Masing-masing dari kita mengetahui apa yang paling berharga dalam hidup kita. Bisa juga hal itu merupakan harta, pekerjaan/bisnis, keluarga kita sendiri, pasangan/pacar atau mungkin anak kita seperti halnya Abraham. Ada saat-saat dimana Tuhan ingin agar kita tidak memegangnya seerat mungkin, tetapi melepaskannya dan menyerahkannya kepada Tuhan.
2. Iman
“Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.” ” Kejadian 22:5
Kalau kita memperhatikan dengan seksama ayat di atas, Abraham mengatakan bahwa, “kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu”. Dia tidak mengatakan, “kami akan sembahyang, sesudah itu saya kembali kepadamu”.
Walau belum mengetahui apa yang akan terjadi, Abraham tetap beriman bahwa Tuhan pasti akan memberikan jalan keluar atas masalah yang dihadapinya. Ya, Abraham tahu bahwa anaknya akan mati untuk dijadikan korban. Abraham tahu jika anaknya jadi korban, maka dia tidak akan pulang kembali bersama dengan anaknya.
Tetapi di sini kita lihat bahwa Abraham mengandalkan iman percayanya kepada Tuhan. Apa yang telah dijanjikan Tuhan bahwa melalui Ishak-lah keturunannya akan menjadi banyak di muka bumi ini, tetap dipegangnya. Dan Abraham tahu kalau Tuhan telah berfirman, maka Dia sanggup untuk melaksanakannya dan pasti akan digenapi.
Seberapa banyak janji Tuhan yang telah kita terima selama kita mengenal Kristus dalam hidup kita? Seberapa banyak kita tetap beriman bahwa Tuhan pasti akan menggenapinya dalam hidup kita? Tidak peduli seberapa berat masalah yang kita hadapi, Tuhan tetap memegang kendali atas hidup kita.
Kita dapat melihat semakin Abraham melangkah ke tempat pengorbanan, maka waktu untuk membunuh anaknya semakin dekat. Secara jasmani-pun Abraham tidak melihat jalan keluar baginya. Tetapi dia tetap beriman bahwa Tuhan pasti akan menolongnya.
Mari kita tetap memegang teguh janji-janji yang telah Tuhan berikan bagi hidup kita. Walaupun keadaaan dan kondisi di sekitar kita semakin memburuk dan bahkan tidak seperti yang kita harapkan, biarlah kita mengimani bahwa Tuhan pasti akan menolong kita. Dan janji Tuhan adalah ya dan amin. Dia tidak akan lalai untuk menepati janji-janjiNya.
3. Percaya dengan Teguh
“Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.” Kejadian 22:8
Ishak menanyakan dimanakah korban yang akan mereka persembahkan. Dapat kita rasakan betapa sedihnya perasaan Abraham ketika ditanya seperti itu.
Ketika kita dalam kondisi terjepit dan melihat tidak ada jalan keluar, banyak sekali orang-orang di sekeliling kita yang akan bertanya dimanakah Allah kita. Bahkan mereka akan mengejek kita karena kita tidak mendapat pertolongan sedikitpun dari Tuhan.
Hal ini dapat membuat iman kita menjadi goyah. Banyak orang yang tidak tahan pada titik ini sehingga menjadi marah dan kecewa terhadap Tuhan dan terhadap orang-orang di sekelilingnya. Teman, keluarga, isteri dan anak yang bukan penyebab masalah-pun dapat menjadi sasaran amarah kita.
Biarlah kita mau belajar dari Abraham yang tetap teguh percaya kepada Tuhan dan tidak goyah dalam imannya. Abraham tetap bersikap tenang dan yakin. Abraham tidak menjadi marah atas kondisi yang dia alami. Abrahampun tidak kecewa kepada Tuhan, karena dia akan kehilangan hal yang paling berharga.
Tetap teguh dalam iman percaya kita. Tuhan telah menyediakan upah bagi kita yang setia sampai akhir.
Tuhan mau agar kita dengan rela berani melepaskan apa yang kita anggap paling berharga dalam hidup kita.
Mungkin kita berpikir apa jadinya nanti jika tidak ada jalan keluar?
Apa yang akan dikatakan oleh orang lain terhadap kita?
Apa yang akan terjadi kepada diri kita?
Apa yang akan terjadi terhadap pekerjaan/bisnis kita?
Apa yang akan terjadi terhadap keluarga, isteri dan anak-anak kita?
Tuhan tetap pegang kendali atas seluruh aspek kehidupan kita. Jangan takut dan jangan kuatir, karena Tuhan sedang memproses kehidupan kita sehingga kita dapat memiliki karakter seperti Kristus.
Relakan hati kita untuk dapat dibentuk oleh Tuhan. Beranilah untuk mengorbankan apa yang Tuhan minta dari hidup kita. Kita bahkan tidak akan kehilangan sedikitpun di hadapan Tuhan. Kita melihat betapa diberkatinya Abraham setelah dia dengan rela dan berani mempersembahkan hartanya yang paling berharga.
“Kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri–demikianlah firman TUHAN–:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.” ” Kejadian 22:16-